11 Bahasa Daerah Punah, Paling Banyak di Maluku Utara

redaksiindonesiatimur_redaksi | March 15, 2019 | 0 | Berita , Budaya , Daerah , Flora Fauna , Nasional , Pemerintahan , Politik

Sebanyak 11 bahasa daerah punah akibat sejak tahun lalu jumlah penuturnya tak lebih dari 1.000 orang. Yakni, di Maluku Utara bahasa Ibo, Kajeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua dan Nila. Di Papua, bahasa Tandia, Saponi dan Mawes. Kemudian bahasa Reta di Nusa Tenggara Timur dan bahasa Meher di Nusa Tenggara Barat.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Dadang Sunendar mengatakan, hasil pemetaan menunjukkan perlunya langkah strategis terhadap kekayaan bahasa yang dimiliki Indonesia. Pasalnya, dari 668 bahasa daerah yang telah dicatat dan diidentifikasi, baru 74 bahasa yang telah dipetakan vitalitas atau daya hidupnya (berdasarkan kajian vitalitas bahasa pada 2011—2017). 

“Kemudian terdapat 11 bahasa yang dikategorikan punah, 4 bahasa kritis, 22 bahasa terancam punah, 2 bahasa mengalami kemunduran, 16 bahasa dalam kondisi rentan (stabil, tetapi terancam punah) dan 19 bahasa berstatus aman,” kata Dadang dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Tahun 2019, di Gedung Samudera Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Jakarta, Kamis 21 Februari 2019.

Ia menjelaskan terdapat dua tujuan utama pada perhelatan bergengsi bidang bahasa dan sastra itu. Yaitu, untuk pemantik ingatan akan kekayaan khazanah bahasa daerah di Indonesia yang sangat bervariasi dan sebagai pengingat untuk melestarikan keanekaragaman bahasa daerah. “Dan menjadikannya sebagai sarana dalam proses memajukan bangsa,” ujarnya.

UNESCO ingatkan pentingnya keanekaragaman

Peringatan tahun ini mengambil tema “Menjaga Bahasa Daerah, Merawat Kebinekaan”. Dadang menuturkan, tantangan pelestarian bahasa dan sastra serta kepunahan bahasa daerah masih besar. Butuh kontribusi semua pihak dengan menggelar pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan.

Ia menyatakan, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) kerap mengingatkan bahwa keanekaragaman bahasa dan multilingualisme dapat menjadi bagian integral untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. “Dengan mendorong pendidikan berkualitas dan merata, dan pendidikan sepanjang hayat,” katanya.

Dadang menuturkan, pemetaan 668 bahasa yang sudah dilakukan belum termasuk ragam dialek dan sub-dialek bahasa daerah di Indonesia. Ke depan, badan bahasa akan mengidentifikasi bahasa daerah di wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat untuk penuntasan pemetaan bahasa daerah di Indonesia. “Jumlah hasil pemetaan tersebut tentunya akan bertambah, seiring bertambahnya jumlah daerah pengamatan dalam pemetaan berikutnya,” katanya.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Comments

    Archives

    Categories